sekarangtinggal rasa sesal minta pengampunan gergaji masa lalu sebab perkawinan adat tinggal menghitung kontrak mati atau tidur dengan penyakit diabetes berkepanjangan. Taman Ismail.Marzuki, Rabu, 3 Agustus 2022. NEGERI KHATULISTIWA DALAM PUISI. kami datang, kawan membawa sebungkus dendam menyusuri pasir dan injakan karang tegar

Uploaded byHuwaidah Martina 0% found this document useful 1 vote6K views3 pagesDescriptionSource GoogleCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 1 vote6K views3 pagesANALISIS PUISI Gadis Peminta-MintaUploaded byHuwaidah Martina DescriptionSource GoogleFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

\n\n analisis puisi kepada peminta minta
Lambangatau simbol puisi kepada peminta minta - 15787268 richardpaembonotqxzq richardpaembonotqxzq 10.05.2018 B. Indonesia Sekolah Menengah Pertama terjawab • terverifikasi oleh ahli ANALISIS PUISI Puisi ini secara umum menggunakan diksi atau pemilihan kata yang bersifat konotatif. Contoh pemakaian kata-kata Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori1* 1 UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI * Corresponding Author Abstract Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi. References Aminnuddin. 2000. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. Anwar, C. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, S. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Tarigan, 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Wellek, R dan Warren, A. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. DOI Article Metrics Metrics powered by PLOS ALM Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2021 Arinah Fransori This work is licensed under a Creative Commons Attribution International License. PublisherLembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indraprasta PGRI Address Jl. Nangka No. 58 C TB. Simatupang, Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Jakarta, Indonesia. Phone +62 021 7818718 – 78835283 Close in sunday and public holidays in IndonesiaWork Hours AM – PMBest hours to visit From 9 am to 11 am or after 3 pm. The busiest times are between 11 am and 3 pm. Deiksis is licensed under a Creative Commons Attribution International License. Puisipuisi kita kumpulan puisi pantun kata mutiara untuk kita semua. Arti puisi kepada peminta minta karya chairil anwar.Metode pembahasan yang dipergunakan adalah metode analisis yaitu cara cara mengkaji atau menganalisis unsur struktural puisi kepada peminta minta karya chairil anwar dan puisi gadis peminta minta karya toto s. Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Kepada Peminta-minta Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Juni, 1943Puisi Kepada Peminta-mintaKarya Chairil AnwarBiodata Chairil AnwarChairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 pada usia 26 tahun.Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45. PuisiChairil Anwar “Kepada Peminta-minta” dibahas di panggung terbuka Batara Smansa di SMA Negeri 1 Ende, Rabu 30 Mei 2012. “Saya sudah bandingakn analisis para kritikus sastra tentang puisi Sutadji ini. Yang paling kuat Dami N. Toda. Lalu saya bayangkan seperti apa kelas IV D menganalisis puisi ini. Pertama-tama saya tak percaya. Uploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni 50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesAnalisis Unsur Intrinsik Puisi Kepada Peminta-MintaUploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni Full descriptionJump to Page You are on page 1of 4Search inside document You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. DOI 10.30998/deiksis.v9i01.884 Corpus ID: 188329250; Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar @inproceedings{Fransori2017AnalisisSP, title={Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil
Kepada Peminta-minta Chairil Anwar Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kamu bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Dibibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segela dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Analisis Puisi Menggunakan Kritik ObjektifStruktur Karya Sastra Puisi di atas terdiri dari lima bait dan tiap bait terdapat empat baris. Seluruh bait dan baris itu si aku mengungkapkan sebuah rasa yang tidak nyaman. Seperti rasa takut, sesal, marah terhadap hidupnya sendiri. Puisi ini cukup abstrak karena dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Banyak terdapat konotasi dalam puisi ini. Terdapat citraan yang bisa menguatkan penafsiran kita. Dalam hasil pembacaan puisi ini, dapat diartikan bahwa si peminta-minta itu adalah seorang pengemis dalam arti sesungguhnya. Dan si aku adalah seorang yang melihat si peminta-minta, si aku merasa bersalah ketika melihat keadaan si peminta-minta yang begitu mengenaskan. Lebih-lebih si aku merasa terpojok ketika si peminta-minta melihat si aku dengan tatapan yang mengingatkan akan segala dosa si aku. Rasa gelisah melihat penderitaan sesama sangat kuat dirasakan oleh si aku. a. Diksi Pilihan kata dalam puisi berjudul “Kepada Peminta-minta” menggunakan kata-kata yang bernada penuh penyesalan, dipantulkan oleh kata-kata Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Pilihan kata dalam puisi berjudul “Kepada Peminta-minta” ada yang susah untuk dijelaskan tetapi hal itu dianggap lebih kreatif dan juga berupa citraan kesakitan yang menunjukkan koherensi yang kuat, sebagai berikut darahku jadi beku, sudah tercacar, nanah meleleh, kau usap juga, mengerang, menetes, merebah, mengganggu, menghempas di bumi keras, bibirku terasa pedas, mengaum di telingaku, segala dosa, darahku jadi beku. Semua itu menunjukkan bahwa orang yang sadar kepada dosa-dosanya itu rasanya sangat sakit dan sangat menderita dan tersiksa. Dalam puisi tersebut si aku merasa terkejar-kejar oleh rasa dosa karena ada seorang “Peminta-minta” yang selalu memandangnya, yang selalu menatapnya. Si aku sadar akan sodanya kepada Dia Tuhan. Si aku merasakan rasa dosanya itu begitu mencekam. Rasanya dosa si aku itu sudah tercermin dalam muka si peminta-minta seolah-olah si peminta-minta itu selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana ia berada. Rasa dosa itu begitu hebat sehingga mengganggu sampai ke mimpi. Si aku berjanji akan selalu mengingat Tuhan dan menyerahkan dirinya. Ia sudah sadar dan merasa betul-betul bersalah, maka ia sangat tersiksa bila ditentang lagi diperingatkan akan dosa-dosanya membuat ia mati ketakutan karena rasa dosa tersebut. Saya kira yang di lakukan Chairil dalam terjemahannya adalah usaha memberikan makna akan sajak terjemahan bebas kreatifitasannya. Proses kreatif dalam penciptaan sajak-sajak terjemahan itu berlangsung melalui pemilihan kata dalam puisi tersebut untuk memperkaya bahasa Indonesia dalam pengucapan seni puisi. b. Sudut Pandang Puisi ini cukup sederhana tetapi cukup mampu mengundang berbagai tanggapan diantara pengamat sastra. Hal itu disebabkan karena pengamat yang bersangkutan mengacaukan pengertian si aku sebagai pengarang sekaligus pelaku. Ada pula yang menganggap puisi ini sebagai simbolis cerita realis. Masuknya si aku ke dalam struktur penceritaan tentu bukan tanpa motif tertentu, yang kerapkali tidak dinyatakan secara eksplisit. Pengamat belum melihat sisi pembedaan, kemungkinan besar akan menghasilkan penilaian yang kurang tepat. c. Setting Pelukisan latar tempat dalam puisi ditunjukkan oleh citra-citra kehidupan yaitu pada bait pertama yang menyadari akan dosa yang telah diperbuat di dunia. Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku d. Tokoh Si aku dalam puisi diatas lebih bertindak sebagai pelaku yang dimanfaatkan sebagai latar. Pada dasarnya puisi Kepada Peminta-minta menceritakan bahwa si aku mengungkapkan sebuah rasa yang tidak nyaman. Seperti rasa takut, sesal, marah terhadap hidupnya sendiri. Puisi ini cukup abstrak karena dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Banyak terdapat konotasi dalam puisi ini. Terdapat citraan yang bisa menguatkan penafsiran kita. Dalam hasil pembacaan puisi ini, dapat diartikan bahwa si peminta-minta itu adalah seorang pengemis dalam arti sesungguhnya. Dan si aku adalah seorang yang melihat si peminta-minta, si aku merasa bersalah ketika melihat keadaan si peminta-minta yang begitu mengenaskan. Lebih-lebih si aku merasa terpojok ketika si peminta-minta melihat si aku dengan tatapan yang mengingatkan akan segala dosa si aku. Rasa gelisah melihat penderitaan sesama sangat kuat dirasakan oleh si aku. e. Kata konkret Kata konkret menumbuhkan pengimajian dalam pikiran pembaca. Si aku merasakan dosanya itu begitu mencekam. Maka, si aku meminta kepada peminta-minta itu jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia si aku. Rasanya dosa si aku itu sudah tercermin dalam muka si peminta-minta itu, misalnya pada bait kedua /Sudah tercacar semua di muka/ /Nanah meleleh dari muka/ Seperti kata kena cacar dan bernanah, selalu meleleh, dan selalu diusap oleh si peminta-minta sambil berjalan. Seolah-olah si peminta-minta itu selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana pun ia berada. Selain itu, pada bait keempat, rasa dosa itu begitu hebatnya sehingga mengganggunya sampai ke mimpi si aku. Rasanya si aku seperti dihempaskan di bumi yang keras oleh rasa dosa yang selalu mencekamnya, selalu mengejar-ngejarnya. Hal itu membuat bibirnya pedas dan telinganya mengaum karena sakitnya. Mengganggu dalam mimpiku/ Menghempas aku di bumi keras/ Di bibirku terasa pedas/ Mengaum di telingaku/. Selain dikonkretkan, untuk menyatakan betapa tersiksanya si aku juga dipergunakan dalam sajak tersebut sarana kiasan atau bahasa figuratif. f. Bahasa figuratif Dalam sajak tersebut sarana retorika yang dominan adalah hiperbola, yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan, dan menimbulkan tanggapan yang konkret kepada pembaca. Misalnya sebagai berikut. Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. …. Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka …. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras g. Versifikasi Versifikasi dalam puisi ini masih mengikuti pola puisi lama. Rima akhir setiap bait adalah sebagai berikut /ia-sa-ku-ku aabb. ta-ka-ka-ga aaaa, ah-ang-ang-ah abba, ku-as-as-ku abba, dan ia-sa-ku-ku aabb. Pola ini mengingatkan kita pada syair, pantun, dan puisi baru. Namun karena struktur lainnya tidak sama, maka puisi di atas bukan puisi lama tetapi merupakan puisi baru. Pola rima akhir pada bait kedua berubah menjadi /aaaa/ bukan /aabb/ begitu juga pada bait ketiga dan keempat berubah menjadi pola /abba/. Ritma puisi berupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan keterangan kalimat. Pada bait pertama digunakan /baik,baik/, pada bait kedua digunakan /jangan lagi/, pada bait ketiga digunakan /bersuara tiap/, pada bait keempat digunakan /mengganggu/, pada bait terakhir digunakan /baik,baik/. Setiap bait puisi itu diikat dengan kata pengikat sehingga pada permulaan bait seakan muncul sebuah gelombang irama baru.
Konsepelastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran. Elastisitas penawaran digunakan untuk menerangkan perubahan penawaran yang penting dalam pembuatan keputusan produksi, karena tingkat elastisaitas ini menggunakan sensitivitas dari A. Makna Puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”. Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga. “ Tokoh aku yang tidak suka mendengar si pengemis meminta-minta sambil memasang wajah susah dan sengsara, bahkan walau keringat banyak bercucuran ia tetap meminta dengan nada yang kasihan sampai ada yang memberinya uang”. Bersuara tiap kau melangkah Mengeerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau dating Sembarang kau merebah. “ Dari sudut pandang tokoh aku ia melihat si pengemis selalu meminta belas kasihan di setiap lanngkahnya, mengiba disetiap pandangannya, dan menangis setiap saat dan dia selalu tidur dimanapun dia berada”. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. “ Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta-minta”. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dari segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”. B. Unsur Intrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta”Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur intrinsic puisi yang berjudul “Kepada Peminta-minta” meliputi Tema Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi yang berjudul ”Kepada Peminta-minta” adalah keperihatinan dan ketidak setujuan. Disini tokoh aku tidak suka melihat pengemis mencari nafkah dengan cara meminta-minta, walaupun kehidupan sangat rumit namun tokoh aku berharap pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. Tipografi Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, dan baris. No Bentuk Puisi Kepada Peminta-minta 1 Bait Terdapat 5 bait 2 Baris Tiap bait terdiri dari 4 baris Perasaan Perasaan dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya. Perasaan yang terdapat dalam “Kepada Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu menginginkan pengemis untuk tidak lagi meminta-minta dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang ingin melihat perubahan terhadap cara untuk mencari nafkah. Dalam kalimat Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Penyair mengungkapkan perasaan yang ingin diutarakan kepada pengemis dimana Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta. Nada dan Suasana Nada berkaitan erat dengan suasana. Nada bahagia yang diciptakan penyair dapat menimbulkan perasaan senang pada pembaca setelah membaca puisi. Nada religius menimbulkan suasana khusyuk pada pembaca. Nada kritik menimbulkan suasana pemberontakan pada hati pembaca. Begitulah sangat eratnya hubungan nada dan suasana. Puisi “Kepada Peminta-minta” bernada terpaksa seperti yang ditunjukkan oleh kalimat Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca setuju bahwa dalam mencari nafkah tidak seharusnya dengan cara meminta-minta selama kita masih mampu untuk berusaha. Diksi Persoalan pemilihan kata merupakan masalah yang sungguh-sungguh esensial untuk melukiskan dengan sejelas-jelasnya wujud dan perincian materi. Diksi sendiri berarti pemilihan kata, yaitu pemilihan kata yang digunakan penyair untuk mencari kata yang tepat dan sesuai dengan bentuk puisi dan tema yang dikandungnya, sehingga menghasilkan jiwa penyair secara tepat, setidak-tidaknya mendekati yang dipergunakan dunia persajakan di samping memiliki arti denotatif dapat pula memiliki arti konotatif. Berikut perbandingan pemakaian kata-kata konotatif dalam puisi ” Kepada Peminta-minta” tersebut Bait Kepada Peminta-minta 1 Menyerahkan diri dan segala dosa baris 2 2 Nanti darahku menjadi beku baris 4 3 Nanah meleleh dari muka baris 1 4 Mengerang tiap kau memandang baris 2 5 Menghempas diri di bumi keras baris 2 6 Menyerahkan diri dan segala dosa baris 2 7 Nanti darahku menjadi beku baris 4 Citraan Citraan atau imagi imageri adalah gambaran angan yang timbul setelah seseorang membaca karya sastra dalam hal ini puisi. Imageri dapat kita pakai sebagai hal untuk memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia dan nantinya akan menjelmakan gambaran nyata. Citraan yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” meliputi citraan penglihatan, citraan pendengaran, dan citraan gerak. Berikut ini citraan yang terdapat pada puisi tersebut Citraan Kepada Peminta-minta Penglihatan Nanti darahku jadi beku bait 1 & 5, baris 4 Telah tercacar semua di muka bait 2, baris 2 Nanah meleleh dari muka bait 2, baris 3 Sembarang kau merebah bait 3, baris 4 Pendengaran Bersuara tiap kau memandang bait 3, baris 1 Mengaum di telingaku bait 4, baris 4 Gerak Sambil berjalan kau usap jua bait 2, baris 4 Gaya bahasa Bahasa FiguratifDalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Verifikasi Verifikasi adalah berupa rima persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir; ritma tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi. Vertifikasi yang terdapat dalam puisi ”Kepada Peminta-minta” adalah bait pertama dan bait kelima. Majas Majas adalah cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” adalah hiperbola. Berikut ini gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam puisi tersebut Gaya Bahasa Kepada Peminta-minta Hiperbola Nanti darahku jadi beku bait 1 dan 5, baris 4 Nanah meleleh dari muka bait 2, baris 3 Menghempas diri di bumi keras bait 4, baris 2 Mengaum di telingaku bait 4 baris 4 Amanat Amanat atau pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Amanat puisi “Kepada Peminta-minta” adalah ajakan penyair kepada pembaca agar tetap berusaha dalam mencari nafkah untuk dirinya sendiri serta keluarganya dan mencari pekerjaan yang lebih baik. C. Unsur Ekstrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta” Biografi Pengarang Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya. Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School HIS, sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO. Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman. Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia sekarang Jakarta dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Chairil Anwar juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia. Semasa kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedihBukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam. Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya. Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda. Tak lama setelah itu, pukul WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.” Unsur nilai dalam cerita meliputi nilai ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain. Nilai ekonomi adalah kita harus berusaha mencari nafkah dan pekerjaan yang lebih baik, buktinya tokoh aku menginginkan si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga si pengemis bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada meminta-minta. Nilai sosial adalah kita sesama manusia harus saling membantu dan tolong menolong. Buktinya tokoh aku membantu si pengemis dengan cara memberikannya uang dan nasihat. Nilai politik adalah kita sebagai penerus bangsa harus menjadi orang yang memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirisendiri, Negara, dan bangsa. Buktinya tokoh aku ingin melihat Negara Indonesia menjadi maju dengan masyarakat yang terus berusaha mencari nafkah dengan pekerjaan yang lebih baik dan mengurangi tingkat populasi pengemis maupun gelandangan. Nilai agama adalah kita sebagai umat islam harus selalu berusaha dengan segenap kemampuan sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah SWT. Butinya tokoh aku tidak suka melihat seorang pengemis yang meminta-minta, sedangkan dalam agama Allah SWT menganjurkan umatnya untuk berusaha selama ia bisa melakukannya. Nilai budaya adalah kita sebagai generasi penerus harus melestarikan kebiasaan yang baik dan menjauhi kebiasaan yang buruk. Buktinya melakukan si pengemis akan menjadikan pekerjaan meminta-minta sebagai kebiasaan sehingga ia malas untuk berusaha. Nilai pendidikan adalah kita sebagai penerus bangsa harus berusaha dalam belajar agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berkecukupan. Latar Belakang Puisi Pada puisi ”Kepada Peminta-minta” penyair menggambarkan bahwa ia merasa kecewa serta marah terhadap pengemis dan ia ingin si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga penyair menggambarkan perasaannya melalui puisi ini. SHARE TO » j0JZe. 33 219 73 333 242 100 481 428 118

analisis puisi kepada peminta minta