0% found this document useful 0 votes184 views6 pagesDescriptionLima Pilar GerejaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes184 views6 pages5 Pilar Pelayanan GerejaJump to Page You are on page 1of 6 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 5 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
KencanDengan Tuhan Jumat, 5 Agustus 2022: Berpikir Panjang - Pen@ Katolik. A. PENDAHULUANPada umumnya kita dapat berbicara mengenai empat pilar gereja Katekismus. Keempat pilar ini sama tuanya dengan katekismus itu sendiri. Yang pertama, mereka mengikuti prosedur sebagaimana menjadi orang “Kristen”, sebagaimana ketentuan ini berlaku dalam gereja Kuno dan masih berlaku sampai sekarang. Kalau orang dewasa minta dibaptis, pilar yang pertama adalah “Credo” Aku percaya – Syahadat dua belas Rasul. Ini adalah dasar basis kehidupan bagi semua orang gereja kuno, sebelum pendidikan awal katakumen, persiapan pembaptisan, mereka menerima credo oleh karena itu, katekismu yang paling pertama adalah syahadat dua belas rasul Aku percaya yang awalnya disusun oleh Kaesarius dari Arles yang menjadi pengakuan iman Oikumenis yang diterima oleh seluruh Gereja Kristen di dunia. Menurut tradisi, pengakuan ini disusun oleh dua belas rasul Yesus. Masing-masing mereka menyumbang satu pasal. Namun hal tersebut hanyalah dongeng dan tidak berdasar sama sekali. Karena bentuk yang lengkap dari pengakuan ini baru muncul pada tahun 700 tujuh ratus, sekalipun beberapa bagian dari pasal ini ditemukan pada permulaan abad ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama memuat ajaran tentang Allah Bapa dan pertama memuat ajaran tentang Allah Bapa dan penciptaan. Bagian kedua memuat ajaran tentang Yesus dan karya penebusannya dan bagian ketiga memuat ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaannya. Pada akhir abad keenam dan awal abad ketujuh pengakuan ini diterima sebagai bagian dari litungi dalam gereja barat Greco – Latin Anthiocia dan Gereja Roma. Gereja Reformatoris menerima pengakuan ini setelah ditambahkan pengakuan iman yang mereka miliki dan dipergunakan dalam ibadah-ibadah mereka. Selengkapnya pengakuan iman tersebut adalah sebagai berikut Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, puteranya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung dari Roh kudus, dilahirkan oleh perawan Maria, yang menderita sengsara dalam masa pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan wafat dan dimakamkan, yang turun ke alam maut. Pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati, yang naik ke Sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya akan roh kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal dalam gereja kuno, selama persiapan pembaptisan, orang diajarkan sepuluh perintah Allah, bagaimana hidup sebagai orang Kristen. Sesudah itu mereka menerima do’a bapa kami yang selengkapnya do’a tersebut adalah sebagai berikut Bapa kami yang ada di dalam Sorga. Dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Sorga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat pilar ini; Aku percaya Syahadat dua belas rasul, sepuluh perintah Allah dan doa bapa kami membentuk pendahuluan atau inroduksi ke dalam iman Kristen sebagaimana diberikan dalam masa puasa bagi katakumen. Dan kemudian sesudah dibaptis, waktu paskah, orang-orang yang baru dipermandikan itu menerima inisiasi ke dalam gereja Katolik mengikuti empat pembagian atau divisi karena model umum atau pola untuk katekismus ini adalah prosedur langsung dan prosedur unik dalam tradisi Katolik, yaitu katekismus konsili Terente yang diterbitkan pada tahun 1566 oleh Paus Pius ini dibagi atas empat bagian. Bagian yang paling pertama adalah Aku Percaya Credo. Bagian kedua adalah sakramen-sakramen, bagian ketiga; sepuluh perintah Allah dan bagian yang keempat adalah doa Bapa dengan kurangnya ruang untuk membahas keempat materi katekismus Pilar Gereja sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam kesempatan ini saya membahas Credo dan CREDOAda sebuah pepatah termasyur dalam Konsil Vatikan II, yang melahirkan banyak perdebatan dalam mempersiapkan penyusunan katekismus tersebut. Ada semacam apa yang disebut dengan hirarki kebenaran. Ada kebenaran-kebenaran hakiki dari iman dan kebenaran-kebenaran lain yang bersifat sekunder. Kebenaran-kebenaran sekunder tidak memiliki nilai-nilai lebih kecil. Kebenaran hakiki ini ada dua bagian; Misteri Allah Esa, Bapa, Putera dan Roh Kudus-misteri Tritunggal dan misteri Yesus Tuhan. Allah benar demikian juga sekitar dua pusat ini misteri hakiki dikelompokkan kedalam semua kebenaran iman. Dalam persepsi gereja, hal tersebut mudah dipahami lantaran credo sendiri sudah memperlihatkan keteraturan; “Aku percaya akan Roh Kudus”, misalnya menuntun mereka kepada semua karya Illahi sepanjang sejarah katekismus gereja memperlihatkan tentang gambaran kejatuhan malaikat, ajaran para malaikat yang jatuh, mengenai dosa asal, sebagai landasan pertama mengapa Tuhan mengutus Puteranya yang Tunggal untuk menebus sebagai IBADAT DAN SAKRAMEN-SAKRAMEN Obyek kedua dalam katekismus dan sebagaimana dalam keempat bagiannya kita menemukan dalam setiap bagian dua seksi; satu umum dua khusus. Mengenai sakramen-sakramen di bagian kedua, katekismus menyajikan sebuah bagian umum permasalahan litungi yang membicarakan arti litungi – apa artinya merayakan litungi adalah ummat yang berpartisipasi dalam kehidupan Illahi Allah, Bapa, Putera dan Roh duniawi – Perayaan duniawi adalah partisipasinya dalam perayaan Sorgawi dimana Yesus menggerakan segala sesuatu kepada Bapa dalam nama Roh Kudus. Oleh karenanya litungi disampaikan sebagai karya Tirtunggal Maha Kudus, karena Bapak telah mengutus putera dan roh kudus. Dari putera melanjutkan karya penyelamatan dan penebusannya lewat sakramen-sakramen. Putera melakukan Roh Kudus sebagai seniman agung dari Roh faksi pertama mengenai liturgi, pada umumnya muncul saksi-saksi khusus yang membicarakan tentang tujuh sakramen, yang pembahasannya diawali dari liturgi bagaimana sakramen dirayakan. Kita dapat melihat hal ini dalam ritus-ritus kasat mata, apa rahmat yang tidak kelihatan dan efek yang diberikan oleh sakramen itu. Ada satu kata kunci yang datang dari Paus dan Leo Agung; Apa yang bisa kelihatan dalam kehidupan, disalurkan dalam sakramen-sakramennya. Begitulah sakramen-sakramen dijelaskan sebagai cara bahwa Yesus membagikan apa yang dilakukannya, selama hidup di dunia dan melalui rahasia paskah, lewat salib dan kebangkitannya-untuk membagikannya dengan ini dapat kita lihat dalam sakramen baptis-segala sesuatu yang dikatakan mengenai buah baptis ditimba dari apa yang disebut Nystagogia yaitu introduksi dan inisiasi ke dalam perasaan dan arti ritus perdebatan besar tentang apakah perintah Allah yang menjadi kerangka bagi penjelasan moral Kristen. Bukankah dewasa ini “Perjanjian baru terdapat perintah ganda untuk mencintai Tuhan dan sesama manusia sebagai pusatnya ? Dan mengapa fokus tersebut ada padaperintah Allah dalam Kitab Perjanjian Baru yang lebih dulu beredar sebelum Kitab Perjanjian Lama ? “Nec Ridere, Nec Flere, Nec Laudara, Sed Intelligere"!!!Sebagaiwarga negara RI umat Katolik wajib hukumnya untuk menjadi 100% Warga Negara dan 100% Warga Gereja yang Baik. Nilai nilai Kebangsaan harus dijunjung tinggi sebagai Pedoman arah Hidup dan sekaligus implementasi Iman Katolik. Empat Pilar Kebangsaan: Pancasila; UUD 1945; Bhineka Tunggal Ika dan NKRI merupakan penopang dasar Hidup
Oleh RP Cornel Fallo, SVD STP Dian Mandala Gunungsitoli, Keuskupan Sibolga Lima pilar pelayanan Gereja merupakan fondasi kokoh yang menyingkapkan tugas dan tanggungjawab serta eksistensi pelayanan Gereja di dunia Bdk. GS art 1, 43. Gereja sebagai umat Allah berkat sakramen pembaptisan menyadari diri memiliki tanggungjawab menunaikan tugas dan panggilan dalam lima pilar pelayanan Gereja di dunia Bdk. LG art 31. Sebab, lima pilar pelayanan Gereja tersebut merupakan implementasi dari Tri tugas Yesus Kristus sendiri. Lima pilar pelayanan Gerejani yang dimaksudkan ialah Kerygma, Diakonia, Koinonia, Leitourgia dan Martyria Bdk. LG art. 25-27. Kelima pilar pelayanan Gereja ini akan dibahas dalam uraian berikut ini. 1. Kerygma Pewartaan “Kerygma” berasal dari bahasa Yunani yang berarti karya pewartaan Kabar Gembira. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru ditemukan dua kata kerja Yunani yang berhubungan dengan kerygma atau pewartaan ini yakni “kerussein” Ibr 512 dan “didaskein” Ibr 61. Dalam perspektif biblis ini “kerussein” berarti mewartakan secara meriah dan resmi Kabar Gembira tentang kedatangan Kerajaan Allah yang dilakukan oleh para Rasul serta kesaksian mereka tentang ajaran dan karya Yesus Kristus. Kata kerja “kerussein” menunjuk pada aktivitas pewartaan yang ditujukan kepada orang yang belum mengenal atau belum percaya kepada Yesus Kristus. Sedangkan kata kerja “didaskein” berarti mengajar atau memberikan pelajaran kepada orang yang telah beriman dalam rangka memperkembangkan dan memekarkan iman yang sudah mulai tumbuh. Dengan demikian “didaskein” merupakan aktivitas pewartaan yang bersifat lanjutan dan diberikan kepada orang yang telah mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus, agar iman umat semakin berkembang ke arah kedewasaan. Dan memang sesungguhnya arti asli dari kata kerygma adalah bahwa karya pewartaan itu berkaitan erat dengan mulut atau kata dalam menyampaikan Sabda Tuhan kepada telinga atau pendengaran yang menggerakkan hati manusia untuk berbuat ke arah pertobatan. Melalui tindakan itu kita diingatkan oleh pengajaran Santo Paulus bahwa iman itu tumbuh lewat pendengaran. Keselamatan itu diperoleh berkat iman kepada Yesus Kristus bdk. 1 Tim 24. Dalam hubungan dengan proses penelitian ini maka pemahaman didaskein-lah yang paling tepat untuk ditindaklanjuti. Landasan kokoh tentang tindakan pewartaan ini adalah Tuhan Yesus sendiri. Metodologi yang digunakan Yesus dalam melaksanakan tugas pewartaan tersebut adalah dengan membangun jejaring dan kepercayaan. Untuk itu, Yesus memanggil para Rasul dengan melibatkan mereka dalam melaksanakan tugas pewartaan. Demikian juga umat beriman Kristiani di mana semua diberi kepercayaan, dipanggil dan diutus Tuhan Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan Kabar Gembira bdk. LG art 35. Tuhan Yesus mengutus kita semua dengan bersabda “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu“ Mat 28 19-20. Penekanan utama dalam tugas pewartaan Gereja ini bukan saja pewartaan verbal tetapi juga pewartaan melalui kesaksian hidup sebagai bentuk pewartaan yang ampuh dan sebagai daya dorong untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang nyata. Partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan mengambil bagian melalui tugas-tugas pelayanan Gerejani dalam kehidupan bersama umat di dalam kelompok basis. Kelompok umat basis merupakan tempat persemaian benih pewartaan sabda Allah sehingga Gereja tetap tumbuh, hidup dan berkembang. Senada dengan itu dokumen Dialog dan Pewartaan menegaskan bahwa pewartaan adalah komunikasi pesan Injil, misteri keselamatan yang dilaksanakan Allah bagi semua orang dalam Yesus Kristus berkat kuasa Roh Kudus. Pewartaan merupakan suatu ajakan untuk menyerahkan diri dalam iman kepada Yesus Kristus dan melalui pembaptisan masuk ke dalam persekutuan kaum beriman yang adalah Gereja. Pewartaan biasanya terarah pada katekese yang bertujuan untuk memperdalam iman kepada Yesus Kristus. Pewartaan adalah dasar, pusat dan sekaligus puncak dari evangelisasi DP 10. Dialog Pewartaan mencantumkan sejumlah kualitas yang justru mencirikan karya pewartaan itu sendiri. Kualitas-kualitas pewartaan itu adalah pertama; pewartaan yang meyakinkan, karena tugas mewartakan itu bukan berhubungan dengan perkataan manusia melainkan kesaksian tentang Firman Allah dan kehadiran Roh yang berkesinambungan di semua tempat dan dalam segala waktu. Kedua; pewartaan yang setia kepada amanat yang disampaikan Gereja yakni “yang secara mendalam bersifat Gerejawi”. Pewartaan itu mesti rendah hati yakni bahwa orang-orang yang mewartakan hanyalah “sarana” yang sempurna di dalam tangan Allah. Ketiga; penuh hormat dan dialogal yakni dengan kesadaran bahwa Allah sudah lebih dahulu berkarya sebelum kedatangan para misionaris pewarta. Akhirnya pewartaan itu semestinya terinkulturasi oleh sikap hormat yang ada lebih dahulu dalam diri pewarta terhadap konteks budaya dan agama di mana Injil itu akan diajarkan. ZAJl. 3 40 245 36 38 168 149 193 109